Entri Populer

Sunday, 6 December 2015

Cerita Pohon apel dan Seorang Lelaki


Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.
Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih.
“Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu.
“Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu. “Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”
Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang, tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.”
Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang.

“Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel.

“Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu. “Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?”

“Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel.

Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih lagi.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.

“Ayo bermain-main lagi denganku,” kata pohon apel.

“Aku sedih,” kata anak lelaki itu. “Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?”

“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.”

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.

“Maaf anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.”

“Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu,” jawab anak lelaki itu.

“Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon apel.

“Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu.

“Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

“Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki. “Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.”

“Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring dipelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.”

Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan.

Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Cintailah orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya, dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.

Baca juga : Cerita Penting

Wednesday, 2 December 2015

ASTRAL PROJECTION



Apa itu Astral Projection?

Astral Projection atau yang sering disebut Raga Sukma secara ilmiah merupakan salah satu kemampuan otak untuk memanipulasi alam bawah sadar hingga sedemikian rupa hingga tubuh halus dapat menembus dimensi ruang dan waktu. Namun secara mistis astral atau raga sukma merupakan kemampuan yang kita miliki untuk melepas roh kita hingga dapat berjalan memakai tubuh halus dengan ritual tertentu. Tetapi perlu diketahui, proses meraga sukma sesunggunya tidak melepas roh, tetapi hanya memproyeksikan energi pikiran yang disebut sukma. Kalau kita melepas roh bisa menyebabkan kematian. Sebab itu orang yang meraga sukma bisa menarik kembali energi pikiran yang melanglang buana sehingga dapat hidup kembali. Energi pikiran atau sukma ini secara otomatis akan kembali ke raga dalam kondisi tertentu, misalnya saja karena kaget, tertindih energi lain, dan sebagainya.

Astral Projection juga disebut sebagai suatu keadaan di mana jiwa kita melakukan perjalanan sendiri ke tempat lain, terpisah dari tubuh kita. Tapi ini bukan suatu mimpi, karena jika ditilik, jiwa kita benar-benar berada di tempat lain tersebut, dan bisa melakukan suatu aktivitas di sana.

Pengalaman Astral Projection

Awal saya sukses melakukan astral projection ini, saya sedikit bingung dan bertanya sendiri dalam hati, apakan saya ini telah berastral projection? Tidak lama kemudian ada seorang kakek-kakek yang pakaiannya seperti baju adat jawa lama dan memakai blangkon menjawab pertanyaan saya “ benar kamu telah berhasil keluar dari dalam tubuh kamu”. Saya bingung kakek itu sapa, dan saya balik tanya “kamu siapa?”, kakek itu menjawab “saya adalah leluhur yang mengikuti kamu selama ini, dan masi ada beberapa orang lagi yang berjaga untuk melindungi tubuh nyata kamu dari serangan makluk gaib, sapa lah mereka nak, merekalah yang diutus Tuhan sebagai media untuk melindungimu”.

Setelah itu saya pamit keluar dan saya melihat 3 orang yang diluar rumah saya dan saya langsung menyapanya. Diantara 3 orang itu, saya sempat kaget, ada 1 orang yang badannya kekar, pakaiannya seperti raja dan memakai mahkota seperti kerajaan. Dan dia berkata “ ada apa nak? Bingung melihat saya yang beda dari yang lain? Perkenalkan, saya adalah raja, dan saya yang sejak kecil mengikuti kamu untuk melindungimu dari berbagai macam hal gaib yang membuat dirimu fatal”. Dan ternyata selama ini ada energi besar dan dingin yang selalu ada di dekat saya adalah dia, memang energinya bisa dibilang kadang susah dideteksi dan kadang juga sangat mudah karena dia memproteksi saya dengan kekuatan yang dimilikinya. Tak lama kemudian si raja ini berkata “lihatlah benda pusaka yang ada dalam tubuhmu itu. Disini kamu bisa melihatnya secara nyata, itulah benda pusaka yang saya beri untuk perlindungan otomatis tanpa ada disuruh sekaligis sebagai deteksi apakah ada makluk gaib yang ada disekitar kamu”.

Baca Juga : Cerita Seputar Nusantara

Saya pun langsung melihat tubuh saya, dan alangkah terkejutnya, bagian tubuh saya yang ada benda pusakanya langsung mengeluarkan cahayaberwarna kekuningan. Setelah itu saya langsung niatkan benda yang ada ditangan kiri saya keluar, tidak beberapa lama keluarlah keris sepanjang 10cm yang mana keris itu ada terukir nama “RADEN KERTOREJOSO DININGRAT”. Saya heran dan saya bertanya kepada raja tersebut, “raja disini terdapat sebuah nama, nama sapakah itu?”. Dan raja pun menjawab “itulah nama kamu, seharusnya nama itu yang kamu pakai di alam nyata, bukan nama kamu yang dipakai sekarang”. Saya pun heran, memang saya ada keturunan jawa gitu, tapi tidak terpikir kalau saya ada darah RADEN gitu.

Masih tidak percaya kalau saya sudah sukses AP, saya segera memasukkan pusaka tersebut kedalam tubuh saya kembali dan berniat pergi kesuatu tempat, yaitu bulan. Setelah saya berpikir kesana sontak saya telah berada disana, dan awalnya saya merasakan angin yang ada disana, pasirnya yang begitu lembut (lebih seperti debu kecil) walaupun penglihatan saya gak begitu bagus, tapi cukup indah. Tidak beberapa lama, ditelinga saya mendengar suara yang melengking gitu, banyak sekali, semakin saya fokus untuk mendengarnya semakin kuat lengkingannya seperti kita bertelepati, dan saya sedikit-sedikit mendengar apa yang mereka omongkan, sebenarnya saya tidak mengerti, tapi dalam hati saya saya mengerti apa yang mereka bicarakan. Mereka seperti bertanya-tanya siapa saya, dan tak beberapa lama tubuh astral saya pun merasa ketarik, dan ternyata teman saya memanggil saya lewat telepati dan menyuruh pulang.

Lihat cerita lainnya DISINI

Source : http://line.me/ti/p/%40vwx1165b